Sabtu, 15 Desember 2007

BELAJAR BEKERJA SEJAK MASIH MENJADI SISWA

Sering kita jumpai banyak anak laki-laki seusia siswa SMP merasa malu bila disuruh ibunya untuk membeli minyak tanah atau tempe di warung tetangga. Rasa malu inilah yang merupakan salah satu penghambat terbesar pada saat mereka kelak mencari pekerjaan. Kita sering juga melihat bahwa banyak lulusan Perguruan Tinggi yang menganggur. Bukan karena mereka tidak pandai. Tetapi mereka malu untuk melakukan pekerjaan yang mungkin tidak sesuai dengan ijazah mereka. Yang mereka inginkan hanya pekerjaan yang halus dan bergaji besar.
Saya merasa sangat beruntung karena semasa kecil saya mempunyai banyak pengalaman bersama teman-teman saya di Lhokseumawe. Bersama dengan teman-teman kecil saya, kami membantu para nelayan untuk tarik pukat dan sebagai imbalannya kami memperoleh uang dan setumpuk ikan. Selain itu kami juga sering jaga tennis alias pengambil bola tennis dan kami pun memperoleh uang. Pernah juga kami mengumpulkan kaleng aluminium bekas dan kami pukul hingga gepeng dan kami jual di pasar. Saya juga pernah berjualan es dan mi goreng di sekolah saya dimana teman-teman dan guru-guru saya yang membelinya. Yang paling heboh adalah berjualan balon keliling kampung. Saya melakukan pekerjaan itu bukan karena kekurangan secara ekonomi atau karena disuruh oleh orangtua saya karena secara ekonomi mungkin kami sudah bisa hidup secara layak karena ayah saya bekerja sebagai Polisi Militer.
Ternyata baru saya sadari bahwa semua pengalaman kerja dimasa kecil saya memberikan pengaruh yang luar biasa setelah saya beranjak dewasa. Saya mempunyai keberanian untuk menemui siapa saja dan melakukan presentasi dan negosiasi mengenai program yang saya tawarkan, baik dari lingkup professional setingkat Branch Manager hingga Ketua Komisi DPRD Jateng.
Pada saya menulis posting ini, ternyata ada seorang murid saya yang duduk di kelas VIII E, bernama Rafika yang mewarisi pengalaman saya. Siswa saya ini membawa barang dagangannya berupa keripik bayam , keripik kacang ijo, lapis, ketan, dan onde-onde. Sebagian bikinin ibunya sendiri dan sebagian lagi dia beli di pasar dan dijualnya di sekolah. Setiap jam istirahat murid itu masuk ke ruang guru dan menawarkan dagangannya ke para guru. Saya yakin bahwa jiwa entrepreneurship akan tumbuh subur di dalam tubuh anak ini.
Saat ini saya juga dipercaya sebagai Team Pengembang (School Development Team) SMP Negeri 37 Semarang. Dengan tugas saya ini maka saya ingin sekali semua pengalaman tersebut bisa saya sosialisakian ke siswa-siswa saya pada khususnya dan semua siswa pada umumnya. Mudah-mudahan ada sesuatu yang positif yang bisa mereka manfaatkan untuk bekal mereka di kemudian hari. Terobosan baru yang akan diambil oleh Team Pengembang Sekolah kami untuk semester depan adalah mengadakan kegiatan ekstra kurikuler Business Leadership dan A Class English Conversation. Dengan kedua kegiatan ekstra kurikuler tersebut diharapkan bisa membentuk semangat kewirausahaan anak sehingga kelak bila mereka tidak bisa meneruskan studinya, mereka bisa berwirausaha dengan membuka lapangan pekerjaan sendiri dan membuka peluang usaha untuk orang-orang di sekitarnya.

Kami sangat mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun.

Sudarman Rianto
0858-6648-6202

Tidak ada komentar: