Kondisi perekonomian di Indonesia semakin carut marut. Harga kebutuhan hidup semakin melambung tetapi penghasilan tidak bisa ditingkatkan secara signifikan. Sebagai contoh misalnya, bila seorang guru les lima tahun yang lalu sudah mematok harga les per jam Rp. 35.000,- dan pada saat ini mungkin harga les tersebut tidak bisa baik menjadi Rp. 70.000,- per jam padahal harga BBM sudah melambung 2 x lipat. Harga-harga kebutuhan yang lain pun akan meningkat. Itu berarti sebetulnya kita semakin miskin.
Dengan kondisi yang seperti ini maka Pemerintah harus jeli untuk mengambil langkah-langkah antisipatif. Salah satu langkah antisipatif itu adalah memberikan program kewirausahaan kepada para siswa agar mereka bisa menghidupi diri mereka sendiri kelak.
Kami menyarankan agar program kewirausahaan itu disajikan dalam bentuk ekstra kurikuler sehingga tidak mengganggu jam pelajaran. Selain itu, yang lebih penting adalah program kewirausahaan itu harus bersifat aplikatif dan benar-benar bisa menghasilkan uang. Jangan sampai program kewirausahaan itu hanya bersifat teoritis saja yang kenyataannya di lapangan tidak memiliki daya jual.
Banyaknya siswa yang tidak bisa melanjutkan studinya karena para orangtua tidak mempunyai penghasilan yang cukup. Banyak orangtua yang menjadi korban PHK sehingga mereka tidak bisa berpenghasilan.
Keadaan seperti ini tidak akan terjadi bila warga Semarang telah diberikan bekal entrepreneurship di sekolah. Kewirausahaan menjadi salah satu tulang punggung perekonomian bangsa yang tahan terhadap resesi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar